Sebanyak 11 kabupaten/kota terkaya versi
Warta Ekonomi yakni peringkat pertama diraih Kabupaten Kutai
Kartanegara, Surabaya, Kota Bandung, Siak, Bogor, Medan, Kutai Timur,
Bengkalis, Kabupaten Bandung, Muara Enim, dan Kabupaten Banyuwangi.
Definisi kabupaten/kota terkaya versi Warta Ekonomi adalah daerah yang
memiliki pendapatan daerah yang tinggi dengan didukung oleh daya tarik
investasi yang tinggi, infrastruktur daerah yang lengkap, dan kualitas
masyarakatnya.
Bupati Abdullah Azwar Anas membeberkan
tujuh daya pemikat investor. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat. Pada 2012, pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi mencapai 7,18
persen. "Level pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 6,2 persen," tuturnya.
Kedua, kondusifitas iklim perbankan yang
menunjukkan geliat nyata perekonomian lokal di Banyuwangi. Simpanan
masyarakat (dana pihak ketiga) pada 2012 di perbankan Banyuwangi
mengalami peningkatan 23,5 persen atau Rp 4,2 triliun (data BI). Hal ini
melampaui pertumbuhan rata-rata seluruh kota/kabupaten di Jawa Timur
yang berkisar 16 persen. Sedangkan penyaluran kredit di Banyuwangi
meningkat 18,5 persen atau Rp 5,7 triliun. Kondisi tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa kota/ kabupaten di Jatim lainnya.
Ketiga, Banyuwangi memiliki keunggulan
lokasional berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi terkelola,
SDM memadai, jalur dan akses mudah dijangkau, serta sumber daya alam
(SDA) melimpah. "Potensi komoditas hulu kami terbentang dari sektor
pertanian, perkebunan, hingga sektor energi dan pertambangan," kata
Anas.
Keempat, pembangunan infrastruktur yang
masif. Diantaranya, pengembangan Bandara Blimbingsari dari runway
sebelumnya sepanjang 1.400 meter, kini menjadi 1.800 meter. Juga
revitalisasi Pelabuhan Tanjungwangi yang kedalamannya murni buatan alam,
bisa menjadi tumpuan di kawasan timur Pulau Jawa di tengah kondisi
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang sudah kelebihan kapasitas.
"Keberadaan Pelabuhan Tanjungwangi yang representatif akan membuat
investor nyaman, karena ada jaminan kelancaran arus distribusi. Baik
untuk pasokan bahan baku maupun barang jadi," tuturnya.
Kelima, penyiapan sumber daya manusia
(SDM) untuk menunjang industrialisasi. Seperti berdirinya Politeknik
Negeri Banyuwangi dengan berbagai jurusan seperti Teknik Sipil,
informatika, maupun mesin. Banyuwangi juga mengembangkan SMK-SMK
unggulan dan memberikan beasiswa untuk mahasiswa dalam program
'Banyuwangi Cerdas'. "Secara kualitas, SDM di Banyuwangi akan terus
meningkat. Sehingga bisa menunjang pengembangan dunia usaha," ujarnya.
Keenam, standarisasi regulasi dan
perizinan investasi. Melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)
yang modern dan menggunakan sistem online, memudahkan investor untuk
menanamkan modalnya di Banyuwangi. Bahkan, ada tim khusus dari Pemkab
Banyuwangi yang melayani antar jemput calon investor tentang proses
pengurusan perizinannya hingga tingkat instansi vertikal.
Ketujuh, di Banyuwangi juga telah
disiapkan sekitar 2.000 hektar lahan untuk kawasan industri terpadu,
yang akan menjadi industri baru di kawasan timur Pulau Jawa. Kawasan
industri yang representatif, memungkinkan investor membangun basis
produksi dan distribusi baru, guna membidik pasar Indonesia bagian
timur.
Jangan bangun mall
Selain tujuh daya pikat tersebut, ada
satu kebijakan yang ‘tidak ramah’, khususnya bagi investor pusat
perbelanjaan. Bagi pengusaha yang ingin membangun mal di Kabupaten
Banyuwangi sebaiknya mengurungkan niatnya. Pasalnya, Bupati Abdullah
Azwar Anas dipastikan tidak akan menerbitkan izin. Sebab Banyuwangi
lebih membutuhkan investor yang tertarik menanamkan duitnya untuk hotel
bintang 3 ataupun 4.
Azwar Anas menyatakan izin untuk mal
akan diberikan bila Indeks Prestasi Manusia (IPM) di Banyuwangi lebih
dari 7,6. "Jika IPM sudah lebih 7,6, silahkan bangun mal di sini," kata
Azwar Anas yang mengaku banyak belajar menata kota dari luar negeri itu.
Kebijakannya yang keras itu kata Azwar
Anas bukan sebagai kebijakan yang anti investasi untuk perkembangan
daerahnya. "Saya melakukan semua itu untuk melindungi warga Banyuwangi.
Bahkan PNS di sini saya larang keras untuk menyajikan buah-buah impor di
setiap kegiatan. Menjenguk orang sakit kalau bawa buah ya wajib buah
lokal," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar