Kamis, 19 Februari 2015

contoh cerpen persahabatan

Entah berapa kertas yang ku buang untuk menuliskan surat ini. berharap pagi ini bisa kukirimkan secepatnya, perangko dan amplop sudah kusiapkan. baiklah akan kubaca sekali lagi surat ini sebelum kumasukkan amplop dan ku kirimkan kepadanya.
Kepada Sahabatku.
Hai sahabatku apa kabarmu disana? semenjak kepergianmu aku tak punya lagi seseorang yang mau mendengarkan seluruh keluh kesahku. melalui surat ini aku ingin menggambarkan keadaanku sekarang, mungkin kau sudah menyangka hal apa yang akan ku utarakan. ku harap kau masih mau mendengarkannya seperti dahulu, masih segar di ingatanku saran-saran yang kau berikan begitu jitu, selalu memberikan solusi yang terbaik untuk hampir di setiap hubunganku walau kadang beberapa saran mu gagal, tapi aku tidak pernah meragukan saranmu sampai saat ini.
Masih ingat dengan dinda? perempuan yang kutemui di acara cerdas cermat hari Pendidikan 3 tahun yang lalu, semoga kau masih mengingatnya. sudah 1 tahun 4 bulan aku membina hubungan dengannya semoga kau tidak terkejut, jika kau sahabatku yang baik pasti kau sudah bisa mengira kalau aku menyukainya. memang dia orang yang menyenangkan seperti yang kuduga, namun setelah 1 tahun 4 bulan kini ia kurang menyenangkan. hal-hal yang pernah kita berdua sepakati sudah tak berarti dan komitmen yang sudah kita buat tidak berguna lagi.
Aku akan memberikan contoh tentang komitmen yang telah dilupakan, pada awal hubungan kami dulu berkomitmen untuk saling menghargai ketika kami bersama kami tidak boleh berbicara lewat telpon atau sms dengan orang lain kecuali hanya sebentar dan penting. Kami juga mempunyai jadwal bertemu minimal 2 hari seminggu. tentu saja peraturan ini berjalan dengan sesuai yang kami harapkan diikuti dengan keharmonisan hubungan kami. Sungguh indah saat itu dikala aku bisa mengenal jauh dirinya dan sebaliknya. Namun seiring berjalannya hari dan bulan komitmen itu mulai terlupakan diawali dengan berkurangnya jadwal bertemu per minggunya kadang kami hanya bertemu 1 hari per minggunya bahkan tidak samasekali. ia cuma minta maaf karena ia punya kesibukan lain, saya dimohon untuk memaklumi kesibukannya. ya walau saya tahu kalau ia sekarang menjabat sebagai salah satu koordinator seksi penting di BEM fakultasnya. namun menurutku itu tak harus mempersempit hubungan kami.
Sudah beberapa kali kucoba untuk berdiskusi tentang masalah ini, kalau hubungan yang kita bina ini tidak sebentar semestinya dipertahankan berdua. Aku masih mencintainya sepenuh hati tanpa kurang sedikit apapun, Ia menanggapi dengan hal yang sama namun ia berdalih harus memprioritaskan juga jabatannya yang memerlukan ekstra tenaga dan waktu demi profesionalitas, saat kukejar dengan pertanyaan bagaimana dengan profesionalitas hubungan kita, ia mengelak untuk membahasnya berdalih kalau keduanya sama-sama penting, aku pun tidak mau melanjutkan perdebatan itu, namun sungguh aku merasa diabaikan. seandainya kau disini sahabatku aku ingin meminjam pundakmu walau hanya semenit saja.
Hal yang membuatku kecewa ketika di waktu yang singkat kami bertemu ia lebih sering memerhatikan hanphone nya dari pada harus memerhatikan ku dia lebih asyik chating dengan teman-temannya dan tidak jarang mengabaikanku dengan mengobrol dengan orang lain di depanku seolah-olah aku tidak bersamanya. sungguh aku cemburu dengan itu semua. Pernah juga aku nekat untuk meminta putus dengannya, tapi ia mengatakan ia masih membutuhkan dan mencintaiku. ia memelas di hadapanku memohon agar aku mengurungkan niatanku, apa lah kekuatanku untuk mempertahankan kemauanku memutuskan hubungan ini sementara aku tak pernah tega dengan wanita yang memelas di depanku, aku turuti permintaanya dengan syarat kalau ia harus merubah sikapnya yang selama ini menyiksaku, ia bersedia memenuhi permintaanku.
Memang ia telah berubah sejak saat itu, namun hanya bertahan beberapa bulan saja ia kembali ke kebiasaan awalnya. suatu saat ketika kami berdua sedang asik ngobrol dan bercerita di sebuah cafe, kulihat dia sesekali sms dengan seseorang. Saat kutanya ia hanya menjawan kalau itu teman organisasinya, namun semakin lama ia makin sering menekan tombol-tombol sembari dengan senyuman tipis. rasa penasaranku memuncak kala itu, kurebut handphone dari tangannya, namun ia lebih dulu menariknya dariku “berikan hapemu” ujarku lantang “ini hanya teman organisasi!” ujarnya berdalih. Obrolan pun memanas saat itu tapi tetap ku jaga nada suaraku karena kami sedang berada di tempat umum. kuputuskan untuk meninggalkanya karena aku takut tak bisa menahan amarahku.
Beberapa hari setelah kejadian itu ia menelfon dan menjelaskan kepadaku kalau dia memang sedang dekat dengan mantan kekasihnya yang bertemu kembali di beberapa acara organisasi. Namun ia hanya menjalin hubungan melalui sms dan telepon. Ia juga tidak bermaksud berselingkuh di belakangku sekedar menayakan kabar, kata dinda lewat telpon menjelaskan sambil meminta maaf kepadaku. Aku hanya terdiam disaat penjelasan yang menyakitkan hati itu berlangsung. Tak pernah kubayangkan kalau ia akan melakukan ini. menyakitkan memang tapi jujur aku sangat mencintainya sampai sekarang tak kurang satu apapun, namun apa yang dilakukannya cukup membuat hati ku hancur.
Inilah kisahku sahabatku, miris memang tapi kuyakin kuyakin kau orang yang tepat untuk masalahku ini. kuharap kau dapat memberikan saran untuk ku sahabatku, aku sungguh merindukanmu, semenjak kepergianmu aku tak punya lagi teman untuk mencurahkan isi hati ku. segeralah kau balas surat ini jika kau sudah membacanya.
salam hangat
Sahabatmu,
Arman Wijaya
semoga surat ini lekas sampai padamu sahabatku dan kau cepat membalasnya. baiklah setelah mandi saya akan langsung ke kantor pos untuk mengirimkan surat ini ke kantor pos yang tidak jauh dari rumah. setelah mandi kulipat surat ini dengan amplop rapi tak lupa perangko express yang sudah kusiapkan. sesampai di kantor pos kuberikan dengan petugas yang terlihat ramah. “Ada yang bisa saya bantu?” ujar petugas itu ramah “saya ingin mengirimkan surat pak” sambil mengeluarkan surat yang ku taruh di tas “suratnya sudah ada perangkonya?” petugas mengingatkanku “sudah pak! dengan perangko express tentunya, ini suratnya. terima kasih” sambil ku berikan surat itu kepadanya, aku langsung keluar. disaat ku gapai tangkai pintu seketika itu petugas memanggilku “nak… nak… apa alamat tujuan suratnya sudah benar? sepertinya anda keliru” ujar petugas setengah berteriak. “jangan khawatir itu sudah benar pak!” meyakinkan dengan senyum tipis. setelah keluar pintu tanpa sadar pipiku basah, air mata ku meluncur deras karena kusadari kalau surat yang kutuiskan tak akan pernah sampai.
“ada apa?” ujar petugas pos lainnya yang berada di dalam ruangan sambil melihat aneh ke petugas yang baru saja berteriak. “ini ada anak muda yang mengirimkan surat dengan tujuan yang aneh, tetapi waktu saya tanya ia mengatakan sudah benar dan langsung pergi” ujar petugas pos yang menerima surat sambil menggaruk-garuk kepala keheranan. “memang alamatnya ditujukan kemana coba bacakan” ujar petugas pos yang bercakap dari kejauhan. “Kepada Sahabatku Amelia Widiawati, di tempat terindah” dengan lantang, lalu petugas pos itu mendekatinya sambil memperbaiki letak kacamatanya “coba kemarikan suratnya! hemm… pasti Arman yang mengirimkan ini, simpan saja!” kata petugas berkacamata tenang. “saya jadi bingung coba jelaskan pak maklum lah saya baru 3 hari bertugas” kata petugas itu keheranan “baiklah… begini Arman itu adalah sahabat Amel sejak kecil mereka sering bermain di halaman kantor pos, mereka sangat akrab sejak sekolah dasar hingga mereka kuliah mereka tetap bersahabat, namun malang Amel meninggal dalam kecelakaan 5 bulan yang lalu ketika ia pergi bersama keluarganya. hanya dia yang tidak bisa diselamatkan, ketika mendengar kabar itu Arman seolah tak percaya, semua orang telah meyakinkan Arman yang hampir gila karena kehilangan Amel sahabat karibnya, sejak itu ia sering mengirimkan surat untuk Amel, tak terhitung sudah berapa surat yang ia antarkan kesini. sungguh malang Arman semoga ia sadar dan segera bangkit dari keterpurukannya” berkata kepada petugas baru yang mendengarkan dengan penuh perhatian “sungguh malang Arman… baiklah suratnya akan saya simpan pak” kata petugas itu yang meletakkan surat di sela tumpukkan kertas-kertas usang.
Cerpen Karangan: Seftian Chow
Facebook: Shef tian Chow
Seftian Chow, Menetap di kota makassar menulis cerpen-cerpen melankolis dengan impian bisa menerebitkan buku kumpulan cerpen dan novel detektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar