Entah berapa kertas yang ku buang untuk menuliskan surat ini.
berharap pagi ini bisa kukirimkan secepatnya, perangko dan amplop sudah
kusiapkan. baiklah akan kubaca sekali lagi surat ini sebelum kumasukkan
amplop dan ku kirimkan kepadanya.
Kepada Sahabatku.
Hai sahabatku apa kabarmu disana? semenjak kepergianmu aku tak punya
lagi seseorang yang mau mendengarkan seluruh keluh kesahku. melalui
surat ini aku ingin menggambarkan keadaanku sekarang, mungkin kau sudah
menyangka hal apa yang akan ku utarakan. ku harap kau masih mau
mendengarkannya seperti dahulu, masih segar di ingatanku saran-saran
yang kau berikan begitu jitu, selalu memberikan solusi yang terbaik
untuk hampir di setiap hubunganku walau kadang beberapa saran mu gagal,
tapi aku tidak pernah meragukan saranmu sampai saat ini.
Masih ingat dengan dinda? perempuan yang kutemui di acara cerdas
cermat hari Pendidikan 3 tahun yang lalu, semoga kau masih mengingatnya.
sudah 1 tahun 4 bulan aku membina hubungan dengannya semoga kau tidak
terkejut, jika kau sahabatku yang baik pasti kau sudah bisa mengira
kalau aku menyukainya. memang dia orang yang menyenangkan seperti yang
kuduga, namun setelah 1 tahun 4 bulan kini ia kurang menyenangkan.
hal-hal yang pernah kita berdua sepakati sudah tak berarti dan komitmen
yang sudah kita buat tidak berguna lagi.
Aku akan memberikan contoh tentang komitmen yang telah dilupakan,
pada awal hubungan kami dulu berkomitmen untuk saling menghargai ketika
kami bersama kami tidak boleh berbicara lewat telpon atau sms dengan
orang lain kecuali hanya sebentar dan penting. Kami juga mempunyai
jadwal bertemu minimal 2 hari seminggu. tentu saja peraturan ini
berjalan dengan sesuai yang kami harapkan diikuti dengan keharmonisan
hubungan kami. Sungguh indah saat itu dikala aku bisa mengenal jauh
dirinya dan sebaliknya. Namun seiring berjalannya hari dan bulan
komitmen itu mulai terlupakan diawali dengan berkurangnya jadwal bertemu
per minggunya kadang kami hanya bertemu 1 hari per minggunya bahkan
tidak samasekali. ia cuma minta maaf karena ia punya kesibukan lain,
saya dimohon untuk memaklumi kesibukannya. ya walau saya tahu kalau ia
sekarang menjabat sebagai salah satu koordinator seksi penting di BEM
fakultasnya. namun menurutku itu tak harus mempersempit hubungan kami.
Sudah beberapa kali kucoba untuk berdiskusi tentang masalah ini,
kalau hubungan yang kita bina ini tidak sebentar semestinya
dipertahankan berdua. Aku masih mencintainya sepenuh hati tanpa kurang
sedikit apapun, Ia menanggapi dengan hal yang sama namun ia berdalih
harus memprioritaskan juga jabatannya yang memerlukan ekstra tenaga dan
waktu demi profesionalitas, saat kukejar dengan pertanyaan bagaimana
dengan profesionalitas hubungan kita, ia mengelak untuk membahasnya
berdalih kalau keduanya sama-sama penting, aku pun tidak mau melanjutkan
perdebatan itu, namun sungguh aku merasa diabaikan. seandainya kau
disini sahabatku aku ingin meminjam pundakmu walau hanya semenit saja.
Hal yang membuatku kecewa ketika di waktu yang singkat kami bertemu
ia lebih sering memerhatikan hanphone nya dari pada harus memerhatikan
ku dia lebih asyik chating dengan teman-temannya dan tidak jarang
mengabaikanku dengan mengobrol dengan orang lain di depanku seolah-olah
aku tidak bersamanya. sungguh aku cemburu dengan itu semua. Pernah juga
aku nekat untuk meminta putus dengannya, tapi ia mengatakan ia masih
membutuhkan dan mencintaiku. ia memelas di hadapanku memohon agar aku
mengurungkan niatanku, apa lah kekuatanku untuk mempertahankan kemauanku
memutuskan hubungan ini sementara aku tak pernah tega dengan wanita
yang memelas di depanku, aku turuti permintaanya dengan syarat kalau ia
harus merubah sikapnya yang selama ini menyiksaku, ia bersedia memenuhi
permintaanku.
Memang ia telah berubah sejak saat itu, namun hanya bertahan beberapa
bulan saja ia kembali ke kebiasaan awalnya. suatu saat ketika kami
berdua sedang asik ngobrol dan bercerita di sebuah cafe, kulihat dia
sesekali sms dengan seseorang. Saat kutanya ia hanya menjawan kalau itu
teman organisasinya, namun semakin lama ia makin sering menekan
tombol-tombol sembari dengan senyuman tipis. rasa penasaranku memuncak
kala itu, kurebut handphone dari tangannya, namun ia lebih dulu
menariknya dariku “berikan hapemu” ujarku lantang “ini hanya teman
organisasi!” ujarnya berdalih. Obrolan pun memanas saat itu tapi tetap
ku jaga nada suaraku karena kami sedang berada di tempat umum.
kuputuskan untuk meninggalkanya karena aku takut tak bisa menahan
amarahku.
Beberapa hari setelah kejadian itu ia menelfon dan menjelaskan
kepadaku kalau dia memang sedang dekat dengan mantan kekasihnya yang
bertemu kembali di beberapa acara organisasi. Namun ia hanya menjalin
hubungan melalui sms dan telepon. Ia juga tidak bermaksud berselingkuh
di belakangku sekedar menayakan kabar, kata dinda lewat telpon
menjelaskan sambil meminta maaf kepadaku. Aku hanya terdiam disaat
penjelasan yang menyakitkan hati itu berlangsung. Tak pernah kubayangkan
kalau ia akan melakukan ini. menyakitkan memang tapi jujur aku sangat
mencintainya sampai sekarang tak kurang satu apapun, namun apa yang
dilakukannya cukup membuat hati ku hancur.
Inilah kisahku sahabatku, miris memang tapi kuyakin kuyakin kau orang
yang tepat untuk masalahku ini. kuharap kau dapat memberikan saran
untuk ku sahabatku, aku sungguh merindukanmu, semenjak kepergianmu aku
tak punya lagi teman untuk mencurahkan isi hati ku. segeralah kau balas
surat ini jika kau sudah membacanya.
salam hangat
Sahabatmu,
Arman Wijaya
semoga surat ini lekas sampai padamu sahabatku dan kau cepat
membalasnya. baiklah setelah mandi saya akan langsung ke kantor pos
untuk mengirimkan surat ini ke kantor pos yang tidak jauh dari rumah.
setelah mandi kulipat surat ini dengan amplop rapi tak lupa perangko
express yang sudah kusiapkan. sesampai di kantor pos kuberikan dengan
petugas yang terlihat ramah. “Ada yang bisa saya bantu?” ujar petugas
itu ramah “saya ingin mengirimkan surat pak” sambil mengeluarkan surat
yang ku taruh di tas “suratnya sudah ada perangkonya?” petugas
mengingatkanku “sudah pak! dengan perangko express tentunya, ini
suratnya. terima kasih” sambil ku berikan surat itu kepadanya, aku
langsung keluar. disaat ku gapai tangkai pintu seketika itu petugas
memanggilku “nak… nak… apa alamat tujuan suratnya sudah benar?
sepertinya anda keliru” ujar petugas setengah berteriak. “jangan
khawatir itu sudah benar pak!” meyakinkan dengan senyum tipis. setelah
keluar pintu tanpa sadar pipiku basah, air mata ku meluncur deras karena
kusadari kalau surat yang kutuiskan tak akan pernah sampai.
“ada apa?” ujar petugas pos lainnya yang berada di dalam ruangan
sambil melihat aneh ke petugas yang baru saja berteriak. “ini ada anak
muda yang mengirimkan surat dengan tujuan yang aneh, tetapi waktu saya
tanya ia mengatakan sudah benar dan langsung pergi” ujar petugas pos
yang menerima surat sambil menggaruk-garuk kepala keheranan. “memang
alamatnya ditujukan kemana coba bacakan” ujar petugas pos yang bercakap
dari kejauhan. “Kepada Sahabatku Amelia Widiawati, di tempat terindah”
dengan lantang, lalu petugas pos itu mendekatinya sambil memperbaiki
letak kacamatanya “coba kemarikan suratnya! hemm… pasti Arman yang
mengirimkan ini, simpan saja!” kata petugas berkacamata tenang. “saya
jadi bingung coba jelaskan pak maklum lah saya baru 3 hari bertugas”
kata petugas itu keheranan “baiklah… begini Arman itu adalah sahabat
Amel sejak kecil mereka sering bermain di halaman kantor pos, mereka
sangat akrab sejak sekolah dasar hingga mereka kuliah mereka tetap
bersahabat, namun malang Amel meninggal dalam kecelakaan 5 bulan yang
lalu ketika ia pergi bersama keluarganya. hanya dia yang tidak bisa
diselamatkan, ketika mendengar kabar itu Arman seolah tak percaya, semua
orang telah meyakinkan Arman yang hampir gila karena kehilangan Amel
sahabat karibnya, sejak itu ia sering mengirimkan surat untuk Amel, tak
terhitung sudah berapa surat yang ia antarkan kesini. sungguh malang
Arman semoga ia sadar dan segera bangkit dari keterpurukannya” berkata
kepada petugas baru yang mendengarkan dengan penuh perhatian “sungguh
malang Arman… baiklah suratnya akan saya simpan pak” kata petugas itu
yang meletakkan surat di sela tumpukkan kertas-kertas usang.
Cerpen Karangan: Seftian Chow
Facebook: Shef tian Chow
Seftian Chow, Menetap di kota makassar menulis cerpen-cerpen melankolis
dengan impian bisa menerebitkan buku kumpulan cerpen dan novel detektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar